Rabu, 09 Maret 2011
Selasa, 13 Juli 2010
Senin, 26 April 2010
do i love Allah-rintihan seorang pengecut
Perasaanku kacau balau. Hatiku hancur lebur. aq marah besar. aq kecewa berat. harapanku yang sangat besar tak sedikitpun ada tanda-tanda terwujud. aq merasa aq ini baik dan tentunya berharap orang juga baik. entahlah fikiran ini belum bisa menerima yang terjadi. selalu saja sedih dan kecewa. aq kesal tak memiliki orang-orang yang sayang sam aq. swbab aq yakin aq sangat menyayangi orang-orang itu. mungkin tak seharusnya aq bersikap seperti ini pati bagaimana seharusnya jika kita sendirian di dunia ini. aq rasa memang kesedihan ini terlalu berat hingga pada akhirnya tak dapat aq bertahan. aq tak tahan begini terus. aq menginginkan hal yang baik dan menyenangkan. aq ingin membuka lembaran yang baru. menjadi pribadi yang berbeda. tapi peribadi seperti apa. sebagai apa aq harus berperan. apa aq sanggup dengan kondisi yang baru nanti dengan meninggalkan semua kenangan ini. aq rasa aq tak akan sanggup, aq akan semakin tersiksa. kenangan yang ada akan terus menghantuiku. pati jika tetap bertahan hidup, air mata ini juga tak akan berhenti bercucuran. keperihan ini semakin hari akan semakin kian terasa sakit. aq akan terus dan terus seperti ini. kalau harus pergi dari dunia ini sungguh dosa besar. lalu selanjutnya jika aq memohon Allah mencabut nyawaku apakah Dia akan mengabulkannya. aq tau di akhirat nanti aq akan mendapatkan hukuman yang sangat besar tapi itu akan jauh lebih ringan dibanding jika aq mati kemudian. hal mana yang paling menyakitkan di duni atau di akhirat. disiksa oleh keadaan sekarang, lembaran yang baru nanti, mati sekarang atau nanti. semua ini pilihan yang terlalu berat. akankah aq lebih baik diam dan menikmati hidup begini. ya Allah tolonglah cabut nyawa ini. tiada pilihan yang lebih baik dari ini. singguh ya Allah aq sudah tak tahan lagi. jika hidu[q ini disudahi maka amanlah dunia ini. takkan ada lagi yang terganggu, dan terus memendam rasa bencinya untukku
Selasa, 13 April 2010
aQ Ingin Lebih Dari YaNg Dulu
aQ bukaN yaNg duLu
MasaLah Telah MenghanyutkanKu
aQ SudaH berubaH
KareNa gaK kUaT deNgan CobaAn
aQ meNjadI giLa
sebab PiliHan Hidup TerLalu suliT
aQ BinGung hArUs KemaNa
KetiKa TuhaN, KeluargA daN DirIku paDa temPat Yng berBeda
aQ bEgiTU TerPukul
begitU UjiaN, CobaaN daN HukuMan daTang beRtuBi-TubI
aQ TerLihat AneH
sAAt KeseNdiriaN leBiH menaRik PerhaTianku
aQ beNar-BenaR terPukuL
saAt NasIb sePahit BruToali
tP aQ iNgin KemBali
NtaH dmaNa jaLan pUlanG
aQ jaDi BegiNi
KareNa taK adA ImaN
aQ biSa HancuR
KarEnA taK saDaR dUnia HanYa sMenTara
aQ raPUh
KareNa gaK yaKin deNgan KuasaNya
aQ berDoa
Mudah2an aQ bisA seKuat RidHa
hahahaha BeneR!!!!!!!!!!
sePerTI kaTa diAn
aQ Ga BerimaN............
aYo aQ HarUs BerUbah!!!!!!!!!!
seDiKit DemI seDIkiT
DmulaI daRi SekarNg
muLai DarI yang Kecil2
Bisa gaK ya...........
MasaLah Telah MenghanyutkanKu
aQ SudaH berubaH
KareNa gaK kUaT deNgan CobaAn
aQ meNjadI giLa
sebab PiliHan Hidup TerLalu suliT
aQ BinGung hArUs KemaNa
KetiKa TuhaN, KeluargA daN DirIku paDa temPat Yng berBeda
aQ bEgiTU TerPukul
begitU UjiaN, CobaaN daN HukuMan daTang beRtuBi-TubI
aQ TerLihat AneH
sAAt KeseNdiriaN leBiH menaRik PerhaTianku
aQ beNar-BenaR terPukuL
saAt NasIb sePahit BruToali
tP aQ iNgin KemBali
NtaH dmaNa jaLan pUlanG
aQ jaDi BegiNi
KareNa taK adA ImaN
aQ biSa HancuR
KarEnA taK saDaR dUnia HanYa sMenTara
aQ raPUh
KareNa gaK yaKin deNgan KuasaNya
aQ berDoa
Mudah2an aQ bisA seKuat RidHa
hahahaha BeneR!!!!!!!!!!
sePerTI kaTa diAn
aQ Ga BerimaN............
aYo aQ HarUs BerUbah!!!!!!!!!!
seDiKit DemI seDIkiT
DmulaI daRi SekarNg
muLai DarI yang Kecil2
Bisa gaK ya...........
Kamis, 21 Mei 2009
taqdir
Beriman kepada Takdir
Kaum muslimin yang semoga dimuliakan oleh Allah ta’ala, salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim adalah beriman kepada takdir baik maupun buruk.
Perlu diketahui bahwa beriman kepada takdir ada empat tingkatan:
1. Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada. Di antaranya seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui (diilmui) oleh Allah sebelum dia melakukannya.
2. Mengimani bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.
3. Mengimani masyi’ah (kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.
4. Mengimani bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu. Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk juga amalan manusia.
Dalil dari tingkatan pertama dan kedua di atas adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al Hajj [22]: 70). Kemudian dalil dari tingkatan ketiga di atas adalah firman Allah (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir [81]: 29). Sedangkan untuk tingkatan keempat, dalilnya adalah firman Allah (yang artinya), “Allah menciptakan kamu dan apa saja yang kamu perbuat.” (QS. Ash-Shaffaat [37]: 96). Pada ayat ‘Wa ma ta’malun’ (dan apa saja yang kamu perbuat) menunjukkan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah.
Macam-Macam Takdir
Takdir itu ada 2 macam:
[1] Takdir umum mencakup segala yang ada. Takdir ini dicatat di Lauhul Mahfuzh. Dan Allah telah mencatat takdir segala sesuatu hingga hari kiamat. Takdir ini umum bagi seluruh makhluk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata, “Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud).
[2] Takdir yang merupakan rincian dari takdir yang umum. Takdir ini terdiri dari:
(a) Takdir ‘Umri yaitu takdir sebagaimana terdapat pada hadits Ibnu Mas’ud, di mana janin yang sudah ditiupkan ruh di dalam rahim ibunya akan ditetapkan mengenai 4 hal: (1) rizki, (2) ajal, (3) amal, dan (4) sengsara atau berbahagia.
(b) Takdir Tahunan yaitu takdir yang ditetapkan pada malam lailatul qadar mengenai kejadian dalam setahun. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44]: 4). Ibnu Abbas mengatakan, “Pada malam lailatul qadar, ditulis pada ummul kitab segala kebaikan, keburukan, rizki dan ajal yang terjadi dalam setahun.” (Lihat Ma’alimut Tanzil, Tafsir Al Baghowi)
Seorang muslim harus beriman dengan takdir yang umum dan terperinci ini. Barangsiapa yang mengingkari sedikit saja dari keduanya, maka dia tidak beriman kepada takdir. Dan berarti dia telah mengingkari salah satu rukun iman yang wajib diimani.
Salah Dalam Menyikapi Takdir
Dalam menyikapi takdir Allah, ada yang mengingkari takdir dan ada pula yang terlalu berlebihan dalam menetapkannya.
Yang pertama ini dikenal dengan Qodariyyah. Dan di dalamnya ada dua kelompok lagi. Kelompok pertama adalah yang paling ekstrem. Mereka mengingkari ilmu Allah terhadap segala sesuatu dan mengingkari pula apa yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzh. Mereka mengatakan bahwa Allah memerintah dan melarang, namun Allah tidak mengetahui siapa yang taat dan berbuat maksiat. Perkara ini baru saja diketahui, tidak didahului oleh ilmu Allah dan takdirnya. Namun kelompok seperti ini sudah musnah dan tidak ada lagi.
Kelompok kedua adalah yang menetapkan ilmu Allah, namun meniadakan masuknya perbuatan hamba pada takdir Allah. Mereka menganggap bahwa perbuatan hamba adalah makhluk yang berdiri sendiri, Allah tidak menciptakannya dan tidak pula menghendakinya. Inilah madzhab mu’tazilah.
Kebalikan dari Qodariyyah adalah kelompok yang berlebihan dalam menetapkan takdir sehingga hamba seolah-olah dipaksa tanpa mempunyai kemampuan dan ikhtiyar (usaha) sama sekali. Mereka mengatakan bahwasanya hamba itu dipaksa untuk menuruti takdir. Oleh karena itu, kelompok ini dikenal dengan Jabariyyah.
Keyakinan dua kelompok di atas adalah keyakinan yang salah sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya adalah firman Allah (yang artinya), “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir [81]: 28-29). Ayat ini secara tegas membantah pendapat yang salah dari dua kelompok di atas. Pada ayat, “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak (pilihan) bagi hamba. Jadi manusia tidaklah dipaksa dan mereka berkehendak sendiri. Kemudian pada ayat selanjutnya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” merupakan bantahan untuk qodariyyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa tergantung pada kehendak Allah. Ini perkataan yang salah karena pada ayat tersebut, Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.
Keyakinan yang Benar Dalam Mengimani Takdir
Keyakinan yang benar adalah bahwa semua bentuk ketaatan, maksiat, kekufuran dan kerusakan terjadi dengan ketetapan Allah karena tidak ada pencipta selain Dia. Semua perbuatan hamba yang baik maupun yang buruk adalah termasuk makhluk Allah. Dan hamba tidaklah dipaksa dalam setiap yang dia kerjakan, bahkan hambalah yang memilih untuk melakukannya.
As Safariny mengatakan, “Kesimpulannya bahwa mazhab ulama-ulama terdahulu (salaf) dan Ahlus Sunnah yang hakiki adalah meyakini bahwa Allah menciptakan kemampuan, kehendak, dan perbuatan hamba. Dan hambalah yang menjadi pelaku perbuatan yang dia lakukan secara hakiki. Dan Allah menjadikan hamba sebagai pelakunya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah” (QS. At Takwir [81]: 29). Maka dalam ayat ini Allah menetapkan kehendak hamba dan Allah mengabarkan bahwa kehendak hamba ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah dalil yang tegas yang dipilih oleh Ahlus Sunnah.”
Sebagian orang ada yang salah paham dalam memahami takdir. Mereka menyangka bahwa seseorang yang mengimani takdir itu hanya pasrah tanpa melakukan sebab sama sekali. Contohnya adalah seseorang yang meninggalkan istrinya berhari-hari untuk berdakwah keluar kota. Kemudian dia tidak meninggalkan sedikit pun harta untuk kehidupan istri dan anaknya. Lalu dia mengatakan, “Saya pasrah, biarkan Allah yang akan memberi rizki pada mereka”. Sungguh ini adalah suatu kesalahan dalam memahami takdir.
Ingatlah bahwa Allah memerintahkan kita untuk mengimani takdir-Nya, di samping itu Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita bermalas-malasan. Apabila kita telah mengambil sebab, namun kita mendapatkan hasil yang sebaliknya, maka kita tidak boleh berputus asa dan bersedih karena hal ini sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan janganlah malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya) karena ucapan’seandainya’ akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim)
Buah Beriman Kepada Takdir
Di antara buah dari beriman kepada takdir dan ketetapan Allah adalah hati menjadi tenang dan tidak pernah risau dalam menjalani hidup ini. Seseorang yang mengetahui bahwa musibah itu adalah takdir Allah, maka dia yakin bahwa hal itu pasti terjadi dan tidak mungkin seseorang pun lari darinya.
Dari Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, “Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439)
Maka apabila seseorang memahami takdir Allah dengan benar, tentu dia akan menyikapi segala musibah yang ada dengan tenang. Hal ini pasti berbeda dengan orang yang tidak beriman pada takdir dengan benar, yang sudah barang tentu akan merasa sedih dan gelisah dalam menghadapi musibah. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk sabar dalam menghadapi segala cobaan yang merupakan takdir Allah.
Ya Allah, kami meminta kepada-Mu surga serta perkataan dan amalan yang mendekatkan kami kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka serta perkataan dan amalan yang dapat mengantarkan kami kepadanya. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu, jadikanlah semua takdir yang Engkau tetapkan bagi kami adalah baik. Amin Ya Mujibbad Da’awat.
muslim.or.id/aqidah/memahami-takdir-ilahi.html
Jumat, 15 Mei 2009
cam kan!!!!!!!!!!!
Ahbib habibaka haunammaa
'asa an takuuna baghidhan lak
wabghid baghidhoka haunammaa
'asa an takuuna habiiballak
cintailah kekasihmu sekadarnya saja
karena sewaktu-waktu iya bisa jadi musuhmu
bencilah musuhmu sekedarnya saja
karena sewaktu-waktu ia bisa menjadi kekasihmu
KEKASIH : SIAPA SAJA YANG KAMU CINTAI DIANTARA MANUSIA
'asa an takuuna baghidhan lak
wabghid baghidhoka haunammaa
'asa an takuuna habiiballak
cintailah kekasihmu sekadarnya saja
karena sewaktu-waktu iya bisa jadi musuhmu
bencilah musuhmu sekedarnya saja
karena sewaktu-waktu ia bisa menjadi kekasihmu
KEKASIH : SIAPA SAJA YANG KAMU CINTAI DIANTARA MANUSIA
Langganan:
Postingan (Atom)